______---Assalamualaikum sahabat ku........Selamat datang di " Kantie Baselo " .........Jika kau memerlukan nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmatmu. Jika kau memerlukan keasyikan, cukuplah taat pada Allah sebagai keasyikanmu. Dan jika kau memerlukan pengajaran, cukuplah maut itu sebagai pengajaran bagimu (Ali ibn Abi Thalib), semoga bermanfaat---_______

Tuesday, December 21, 2010

Mengingat Kembali Sejarah Hari Ibu

Posted by Dovi Eka Wiranata |



Mandala Bakti Wanitatama
Mandala Bakti Wanitatama


Hari Ibu mengingatkan saya pada sebuah bangunan yang berkaitan erat dengan peringatan Hari Ibu ini, namun sering kita lupakan.
Mungkin tidak banyak yang tau kalau ternyata Jogja punya peranan yang amat penting atas tercetusnya tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Nah, di Jogja ada sebuah bangunan yang menjadi monumen untuk mengingat peristiwa sejarah lahirnya Hari Ibu.

Bangunan ini mungkin banyak yang tidak menyangka, karena seringnya bangunan ini digunakan untuk acara resepsi pernikahan dan pameran, kalo punya kisah sejarah tersendiri.

Bangunan ini adalah gedung Mandala Bhakti Wanitatama!

Tau tidak kenapa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu?
Ternyata Hari Ibu ini ada sejarahnya. Pada tahun 1928, bertepatan dengan tahun diadakannya Kongres Pemuda, organisasi-organisasi wanita saat itu tidak mau kalah. Mereka bikin kongres juga di Yogyakarta.
Pada tanggal 22-25 Desember 1928 kongres wanita pertama diadakan, yang kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
Saat itu ada 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra yang ikut serta. Mereka saat itu berkumpul untuk mempersatukan organisasi-organisasi wanita ke dalam satu wadah demi mencapai kesatuan gerak perjuangan untuk kemajuan wanita bersama dengan pria dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Hayah. :))
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu ditetapkan pada Kongres Wanita ke-3 yang diadakan di Bandung pada tanggal 22 Desember 1938.
Penetapan tanggal ini bertujuan untuk menjaga semangat kebangkitan wanita Indonesia secara terorganisasi dan bergerak sejajar dengan kaum pria.
Mengingat pentingnya makna Hari Ibu tersebut, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit No. 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959 yang menetapkan Hari Ibu sebagai Hari Nasional namun sayangnya bukan hari libur.;))

Pada kongres yang diadakan di Bandung pada tahun 1952, Ibu Sri Mangunsarkoro mengusulkan untuk dibangun sebuah monumen untuk memperingati kongres pertama tersebut.
Pada tanggal 20 Mei 1956 dibangunlah Balai Srikandi yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh menteri wanita pertama di Indonesia, Maria Ulfah.
Kemudian seluruh kompleks bangunan pun dibangun dan akhirnya diresmikan oleh Presiden Suharto menjadi kompleks gedung Mandala Bhakti Wanitatama pada tanggal 22 Desember 1983.
Ada beberapa bangunan pada kompleks ini. Museum terletak pada salah satu bagian dari Balai Srikandi. Kemudian di sekelilingnya terdapat bangunan yang sering digunakan untuk acara resepsi dan pameran, yaitu Balai Shinta, Kunthi, dan Utari. Ada pula kompleks wisma penginapan Wisma Sembodro dan Wisma Arimbi serta perpustakaan.
Museum yang terletak di Balai Srikandi menyimpan berbagai koleksi benda-benda yang digunakan saat kongres waktu itu serta diorama.

Nah, setelah tau sejarahnya, maka persepsi kita soal Hari Ibu selama ini mungkin berubah.

Tuesday, November 30, 2010

Keutamaan Diam

Posted by Dovi Eka Wiranata |



Saya menyingkat kalimat “Dahulukan Islam di Atas Mazhab” menjadi DIAM. Ttulisan ini tidak membicarakan keutamaan DIAM, tapi keutamaan diam dalam arti harfiah. Ada sebuah ungkapan terkenal yang mengatakan:
إذ كان الكلام من فضة فالسكوت من ذهب
“Jika berbicara itu perak, maka diam adalah emas.”
Meski diam memiliki keutamaan, bukan berarti semua diam juga memiliki keutamaan. Ada tiga jenis diam yang dijelaskan oleh Khalil Al-Musawi dalam bukunya Kaifa Tatasharruf bi Hikmah, yakni:
  • Diam karena berpikir dan hikmah
  • Diam dari amar makruf nahi mungkar
  • Diam yang merupakan penyakit
Dari ketiga jenis diam di atas, hanya diam jenis pertama yang memiliki keutamaan. Diamnya orang yang berpikir adalah mengendalikan akalnya agar memperoleh hikmah serta menjaga lisannya untuk mengucapkan hikmah. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Diam merupakan di antara pintu-pintu hikmah.”
Contoh nyata diam yang memiliki hikmah adalah diamnya Allamah Thabathabai, penulis Tafsîr Al-Mîzân. Banyak orang bercerita, salah satunya murid beliau yang bernama Syekh Taqi Misbah, bahwa sedikit orang yang mengetahui kedalaman ilmu Allamah, karena di majelis ia banyak diam. Jika tidak ditanya, ia tidak akan berbicara. Tetapi ketika ia berbicara, barulah seluruh perhatian orang-orang tercurah kepadanya.
Mungkin inilah maksud dari ucapan Rasulullah saw., “Jika engkau melihat seorang mukmin diam, maka dekatilah. Karena dia akan menyampaikan hikmah.” (Mîzân Al-Hikmah, jil. 5, hlm. 436). Sayidina Ali bin Abi Thalib as. mengatakan, “Sesungguhnya sedikit bicara adalah kebaikan bagi dirinya, dan banyak bicara adalah dibenci. Tidak akan tergelincir orang yang diam, dan tidak ada yang diperoleh dari orang yang banyak bicara kecuali ketergelinciran.”
Sedangkan diam yang kedua, yaitu diam dari amar makruf nahi mungkar, jelas sangat berbahaya. Ketika kejahatan dan kezaliman semakin meluas, seorang ulama memiliki peran penting, karena (seharusnya) ucapan ulama diikuti oleh orang banyak. Ketika pemimpin pemerintahan bertindak zalim, ulama harus melawan minimal dengan ucapannya. Rasulullah bersabda, “Jihad yang paling utama adalah berkata benar di hadapan penguasa zalim.”
Diam yang ketiga, yakni karena penyakit atau malu, bisa disebabkan tiga faktor; keturunan, pendidikan, atau lingkungan. Namun ini semua masih bisa diubah jika seseorang menginginkannya. Beberapa teman mengatakan saya pendiam. Namun semoga diamnya kita semua merupakan bagian memikirkan kekuasaan Allah. Wallahualam.

Monday, November 29, 2010

Mengapa Kita Cenderung “Menghakimi”?

Posted by Dovi Eka Wiranata |


Kecenderungan manusia untuk “menghakimi” (yaitu, melabeli, mengkritik, menghukum, dan sebagainya) memainkan peran penting dalam mendorong pemisahan diantara kita. Untuk alasan apa pun, pikiran kita agaknya memiliki apa yang tampaknya menjadi kecenderungan alami untuk memberikan penilaian pada orang, tempat, situasi, dll
Meskipun tidak ada seorang pun yang ingin dianggap menghakimi, sepertinya deskripsi ini membawa konotasi yang sangat negatif, faktanya adalah bahwa semua orang pernah menghakimi. Pada dasarnya adalah mustahil untuk sepenuhnya menghindari melakukan penilaian, karena kenyataannya hampir setiap pikiran kita memiliki beberapa penilaian yang terkait dengannya.
Sebagai contoh, untuk menilai makanan sebagai lezat adalah penilaian, seperti komentar yang  menyebutkan orang tertentu sebagai menarik. Namun, sangat penting di sini untuk membuat perbedaan antara istilah penilaian dan observasi. Penilaian melibatkan pendapat Anda bersama dengan emosi Anda, sedangkan observasi hanya melibatkan komentar pada apa yang Anda perhatikan. Dalam setiap peristiwa, langkah pertama dalam mengenali kecenderungan Anda untuk menilai adalah dengan mengakui kepada diri sendiri bahwa Anda sedang melakukan penilaian. Hal ini tidak berarti dengan cara apapun bahwa Anda adalah orang yang menghakimi, melainkan hanya berarti bahwa Anda mengakui kecenderungan perilaku ini bukan menyangkal. Hanya ketika Anda sadar untuk menerima bahwa Anda melakukan penghakiman secara teratur, Anda dapat mulai untuk menjadi lebih sadar ketika Anda melakukannya.
Hal ini juga sangat penting untuk memahami tentang apa arti menilai orang lain. Secara khusus, alasan kita menilai orang lain adalah bahwa kita melihat mereka, bukan sebagai mereka, tetapi seperti kita. Dengan kata lain, kita memfilter mereka melalui sistem keyakinan kita. Oleh karena itu, penilaian kita tidak benar-benar mengatakan apa-apa tentang orang lain; mereka hanya menggambarkan apa persepsi kita. Setiap kali seseorang berbuat tidak ‘sesuai’ dengan standar pribadi kita, kita secara otomatis memberi semacam penilaian pada mereka.

Melakukan refleksi kembali saat itu dalam hidup kita, menerima kenyataannya bahwa, jauh di dalam hati, kita tahu bahwa menilai orang lain itu salah, tapi kita tak punya kesadaran untuk mengatasinya. Sampai kita mengerti bahwa menilai orang lain hanya mendefinisikan preferensi kita, dan bahwa orang-orang akan tetap menjadi apa pun menurut preferensi mereka, setelah itu hidup kita tidak pernah benar-benar sama lagi. Tentu saja, kita masih tetap punya kecenderungan untuk menilai, tetapi perbedaannya adalah bahwa sekarang kita setidaknya memiliki kesadaran ketika kita sedang menghakimi sesuatu, sedangkan di masa lalu, kita sama sekali tidak menyadari itu. Kesadaran ini tidak hanya dirasakan pada tingkat intelektual, tetapi sering secara fisik juga, karena kadang-kadang kita benar-benar merasakan sensasi dalam dada kita ketika ketika sedang menghakimi. Poin lain yang sangat penting untuk memahami tentang penilaian dijelaskan dalam bagian yang sangat menarik dari sebuah buku berjudul, “You Are The Answer”, oleh Michael J. Tamura:
Kita bisa menipu diri sendiri ke dalam kepercayaan bahwa kita pada dasarnya berbeda dari orang yang kita hakimi, namun, sebenarnya, kita tidak pernah dapat mengenali pada orang lain apa yang tidak kita miliki dalam diri kita sendiri.
Silakan baca kutipan di atas sekali lagi dan mengambil beberapa saat untuk merenungkan hal itu; ini dapat menjadi konsep yang sangat sulit untuk dipahami. Yang pada dasarnya berarti bahwa apa pun tentang orang lain yang sangat mengganggu Anda sebenarnya mencerminkan kembali kepada diri Anda suatu aspek dari diri Anda yang sangkal, tekan, atau belum belajar untuk mencintai. Ini  adalah kutipan dari buku Debbie Ford “The Dark Side of the Light Chaser” yang dibangun berdasarkan titik yang sangat penting ini:
Kemarahan kita atas perilaku orang lain biasanya mengenai aspek yang belum terselesaikan dari diri kita sendiri. Jika kita mendengarkan segala sesuatu yang keluar dari mulut kita ketika kita berbicara dengan orang lain, menghakimi orang lain, atau memberi nasihat, kita harus berbalik dan seolah olah memberikannya pada diri kita sendiri.
Ini adalah konsep yang jelas yang menantang bagi kita untuk menerima, terutama karena pada tingkat sadar, kita hampir tidak menyadari bahwa aspek-aspek tersebut bahkan ada. Namun, jika Anda berpikiran cukup terbuka, dapat memberi Anda sudut pandang lain untuk pemahaman yang lebih baik dari diri Anda. Misalnya, bila Anda menemukan diri Anda menghakimi, Anda dapat menggunakannya sebagai kesempatan untuk melihat ke dalam diri dan bertanya pada diri sendiri, “Apa yang orang ini tunjukkan tentang diriku?” Jawabannya mungkin tidak datang dengan segera, tetapi jika Anda tulus dalam niat Anda untuk menemukan itu, pada akhirnya Anda akan menemukan.

Jika Anda benar-benar jujur dengan diri sendiri dalam proses ini, sangat mungkin bahwa Anda akan juga cenderung melakukan hal yang sama.
Hal terakhir yang harus Anda perhatikan terhadap penilaian adalah jika Anda terlibat di dalamnya, akan dapat mengganggu hubungan Anda dengan Divinity itu sendiri. Deepak Chopra menegaskan hal ini dalam kutipan berikut dari bukunya “The Seven Spiritual Laws of Success”:

“Bila Anda terus-menerus mengevaluasi, mengklasifikasi, melabeli, menganalisis, Anda menciptakan banyak turbulensi dalam dialog batin Anda. Ini mengakibatkan kekacauan aliran energi antara Anda dan bidang potensi murni diri Anda. Dan Anda benar-benar menciptakan “celah”antara pikiran. Celah ini adalah hubungan Anda dengan bidang potensi murni. Ini adalah keadaan kesadaran murni,  ruang yang diam diantara pikiran, keheningan batin yang menghubungkan diri Anda dengan kekuatan sejati. “
Bidang “murni potensi”ini, juga dikenal sebagai ‘Kekuasaan Tuhan’, adalah sumber segala kreativitas Anda. Dengan demikian, berpartisipasi dalam penilaian tidak hanya mendorong pemisahan antara Anda dan sesama jiwa yang lain, tetapi juga membatasi kekuatan pribadi  dan keseluruhan potensi kreatif Anda juga. Oleh karena itu, adalah kepentingan terbaik Anda untuk mengurangi jumlah penilaian yang Anda lakukan setiap hari. Hal ini, tentu saja, membutuhkan banyak latihan, tetapi sekali Anda datang ke kesadaran bahwa menghakimi tidak membawa kebaikan dengan cara apapun, menjadi hampir mustahil bagi Anda untuk menghakimi dan menjadi canggung untuk melakukannya. Ketika Anda membuat kemajuan dalam upaya Anda untuk keluar dari penghakiman, Anda tidak hanya akan mengalami pikiran yang lebih tenang, tetapi juga akan memiliki perasaan ‘keterkaitan’ yang lebih besar dengan semua manusia, dan dengan segenap unsur-unsur ciptaan lain juga....
Allahu 'alam......

Saturday, November 27, 2010

Pak SBY, Tolonglah Kami...

Posted by Dovi Eka Wiranata |

Tsunami Mengintai, Isu Meruyak
Pak SBY, Tolonglah Kami...

Pak SBY, kami warga di pesisir Sumbar, mati saja yang belum. Kalaulah Bapak berkantor di Padang, takkan terpicingkan mata oleh bapak, meski malam telah larut. Pak Gubernur kami, sekarang sudah kurus. Kemarin bersama Waka Polda, Wagub, Walikota Padang, mengimbau rakyat untuk tidak resah. Pejabat kami kurang tidur sekarang, Pak. Bagaimana bisa tidur, di mana-mana rakyat ketakutan akan isu gempa besar. Sudahkah Bapak tahu akan hal itu?
Pak SBY yang terhormat...
Maksud hati hendak membangun jalan evakuasi, membangun shelter, mendinding laut, tapi kami tak punya uang. Pemerintah pusat tak peduli. Kami tahu tak peduli, karena kata Bappenas, tak ada dana pusat untuk membuat shelter di Sumbar. Akan Bapak biarkan saja kami mati disapu tsunami, jika monster itu datang?
Sekarang Pak, tiap sebentar isu meruyak, lewat SMS, dari mulut ke mulut, resume rapat interen pejabat pemerintah disebar PNS tak bertanggungjawab. Kalau SMS terorisme, secepat kilat Densus 88 bergerak. Dijemput malamnya orang. Tapi tiba di SMS teror gempa, kenapa tak bisa, Pak?
Kami seperti terhukum mati menunggu eksekusi. Ulama kami sudah bertunas mulutnya memberi nasihat, tapi kami takut juga. Jiwa yang resah adalah penyakit, sedang hati yang riang adalah obat.
Yang terjadi hati kami diperparah oleh pakar. Tim Sembilan yang Bapak bentuk datang ke Padang, hanya untuk bilang: “Itu gempa di Mentawai baru buntutnya, yang akan kita tunggu bapaknya, ini bukan mempertakut, tapi harus disampaikan,” katanya.
Tim ini, melibas urusan BMKG. Padahal negara memercayakan kepada BMKG, namun Tim Sembilan lebih jago dan merasa berkompeten. Maka takutlah seisi kota, takutlah seisi kampung, dari ujung ke ujung. Setelah itu tim hebat tersebut pergi ke Jakarta, ke pangkuan istri dan anak-anaknya. Ketika gempa datang, yang sibuk justru BMKG.
Pak SBY yang tercinta...
Waktu pemilu 80 persen suara rakyat Sumbar untuk Bapak, maka sewajarlah kini, ketika kami memerlukan bantuan, Bapak bantu kami. Suratkabar Singgalang menawarkan, agar laut Sumbar didinding. Biayanya takkan sampai Rp20 triliun. Sekali angguk saja oleh Bapak, beres semua. Ini lebih penting dibanding Jembatan Selat Sunda.
Dinding laut itu ada di Jepang, di Korea dan di sejumlah negara lainnya. Bentuknya seperti Tembok Cina. Bisa untuk jalan di atasnya. Kira-kira tingginya 10 sampai 15 meter. Panjangnya, orang PU yang bisa mengukurnya Pak. Sekalian bisa untuk lokasi rekreasi, bahkan jalan tol bisa dibuat di atasnya Pak. Bukankah Bapak akan membuat jalur lintas barat Sumatra? Dinding laut itu saja jadikan jalan. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampau.
Bisa Bapak bayangkan musibah tsunami Aceh, untuk rehab rekon (RR)nya saja habis uang minimal Rp75 triliun. Kerugian yang terjadi, empat kali lipatnya, barangkali. Akibat amuk alam ini, tidak kurang dari 132 ribu orang Aceh meninggal dan 37 ribu orang dinyatakan hilang.
Apalah artinya yang Rp20 triliun untuk mendinding laut Pak. Atau habis dulu orang Minang oleh tsunami, baru kemudian dibentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Sumbar.
Okelah, tak ada uang untuk dinding laut, untuk shelter juga boleh. Padang memerlukan setidaknya 100 shelter. Sebanyak itu pula di wilayah lain di Sumbar. Tiap shelter Rp30 miliar. Kata Bappenas, tak ada dana untuk itu. Disuruhnya pemerintah daerah “kreatif”. Itu sama dengan membunuh namanya. Bagaimana perencanaan pembangunan, bisa melupakan mitigasi? Lupa akan nasib rakyat, kecewa berat kami dengan Bappenas.
Hentikanlah agak sejenak membangun jalan tol di Pulau Jawa itu, alihkan uangnya untuk Sumbar. Apakah untuk membangun shelter, escape building, dan jalan evakuasi atau dinding laut.
Pak SBY, jalan evakuasi saja di Padang sudah tujuh tahun tak selesai. Uang untuk membebaskan tanah tak kunjung cukup. Kasihlah kami uang untuk pembebasan jalan itu saja dulu, sudah besar hati kami, Pak. Ini kan tidak, selalu saja jawabannya klise, “pusat tak ada uang untuk pembebasan tanah”.
Kalau untuk proyek biasa, bisa diterima, tapi untuk proyek kemanusiaan, apa tidak bisa pusat turun tangan?
Kadang kami di Sumbar merasa jauh dan sepi sendiri. Kenapa pemerintah pusat tak peduli lagi pada kami. Sedih hati kami di sini.
Mohon temani kami dalam masa-masa sulit ini Pak. Kami sedang gamang. Hanya kepada Tuhan kami bisa mengadu, berdoa, berserah diri.
Kalau Bapak mau membantu, kami tawarkan tujuh hal untuk meminimalkan dampak tsunami di Sumbar. Ketujuhnya dinding laut, relokasi penuh warga pesisir Sumbar, relokasi zone merah saja, buat shelter, buat ecape building, jalur evakuasi, tanam trembesi dan bakau di pantai atau reklamasi. Sampai hari ini, hanya satu yang sudah ada yaitu satu unit shelter yaitu SMA 1 Padang. Itupun bantuan Yayasan Budhi Suci, bukan uang pemerintah.
Pemerintah daerah takkan bisa berbuat apa-apa, kalau pusat tak membantu. Penyakitnya Pak, kementerian dan Bappenas, kalau tak dilobi, tak dihiraukannya nasib rakyat. Apa perlu lagi lobi-lobi semacam itu, sementara kami sedang gundah gulana?
Jika Bapak memerlukan sepucuk surat yang ditandatangani seluruh rakyat, kami siap membuatnya.
Kami tak takut mati Pak, sebab ajal sudah tersurat di Arasy. Mati hari ini, pasti mati. Tapi, bukankah kita perlu berikhtiar? Apalagi rakyat Sumbar adalah bagian integral dari Indonesia.
Pak SBY yang terhormat...
Jujur saja, bangsa yang besar ini, berhutang sejarah pada kami orang Minang. Kami tak minta dibayar, tapi berbuat baiklah pada saat yang tepat. Saatnya sekarang.
Kalau pada 2011 hanya rapat ke rapat saja, janji ke janji saja, maka kami akan menjadi rakyat yang patah arang.
Pak SBY...
Maafkan saya yang sudah lancang menulis seperti ini. Apa boleh buat ditangkap intel pun sudah risiko saya. Tak ada pilihan lain, Bapak harus turun tangan.
Ah, jika saja Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Yamin, Agus Salim, masih hidup, mungkin nasib kami takkan semalang sekarang. Hari ini pasti dipanggilnya Bapak ke rumahnya.
“Tolong kampuang kami ya, Pak Presiden,” kata Hatta, suara beliau antara terdengar dan tidak.
“Tolong itu Sumbar, lumbungnya demokrasi,” kata Sjahrir.
“Demi rakyat jelata yang menderita setiap hari, bantu Ranah Minang,” kata Datuk Tan Malaka.
“Minangkabau adalah libero dalam pembentukan Negara Kesatuan RI, bantu sekarang, rakyatnya sedang nestapa,” kata Pak Yamin.
“Belum bersekolah orang di tempat lain, orang Minang sudah studi ke Belanda, buat sekolah jadikan shelter,” kata Agus Salim.
Tapi tidak. Beliau telah tiada. Kami sepi sendiri Pak Presiden SBY.
Wassalam. (*)

Friday, November 26, 2010

Sistem Ekonomi Liberalis dan Komunis

Posted by Dovi Eka Wiranata |


Sistim ekonomi Liberal/Kapitalisme
Faham liberal/kapitalisme berasal dari Inggris pada abab 18, kemudian menyebar ke Eropa Barat dan Amerika Utara. Sebagai akibat dari perlawanan terhadap ajaran Gereja, tumbuh aliran pemikiran Liberalisme di negara-negara Eropa Barat. Aliran ini kemudian merambah kesegala bidang termasuk bidang ekonomi. Dasar filosofis pemikiran ekonomi Kapitalis bersumber dari tulisan Adam Smith dalam bukunya An Inquri into the Nature and Cause of the wealth of Nation yang ditulis pada tahun 1776. Isi buku tersebut sarat dengan pemikiran-pemikiran tingkah laku ekonomi masyarakat. Dari dasar filosofi tersebut kemudian menjadi sistem ekonomi, dan pada akhirnya kemudian mengakar menjadi ideologi yang mencerminkan suatu gaya hidup (way of life).
Mith berpendapat manusia melakukan kegiatan ekonomi adalah dasar dorongan kepentingan pribadi, yang bertindak sebagai tenaga pendorong yang membimbing manusia mengerjakan apa saja asal masyarakat sedia membayar “Bukan berkat kemurahan tukang daging, tukang pembuat Bir atau tukang pembuat Roti kita dapat makan siang”. Kata Smith “akan tetapi karena memperhatikan kepentingan pribadi mereka. Kita berbicara bukan kepada rasa kemanusian mereka, melainkan kepada cinta mereka kepada diri mereka sendiri, dan janganlah sekali-sekali berbicara tentang keperluan-keperluan kita, melainkan tentang keuntungan-keuntungan mereka”. (Robert L Heibroner, 1986. UI Press).
Motif kepentingan individu didorong oleh filsafat liberlisme kemudian melainkan system ekonomi pasar bebas, pada akhirnya melahirkan ekonomi kapitalis.
Milton H. Spencer (1977), menulis dalam bukunya Contemporary Ecomics: “Kapitalisme merupakan sebuah system oraganisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat (individu) atas alat-alat produksi dan distribusi (tanah, pabrik-pabrik, jalan kereta api, dan sebagainya) dan pemanfatannya untuk mencapai laba dalam kondisi-kondisi yang sangat kompetitif.”
Para individu memperoleh peransang agar aktiva mereka diamnfaatkan seproduktif mungkin. Hal tersebut sangat mempengaruhi distribusi kekayaan serta pendapatan karena individu-individu diperkenankan untuk menghimpun aktiva dan memberikannya kepada para ahli waris secara mutlak apabila mereka meninggal.
Ia memungkinkan laju pertukaran yang tinggi oleh karena orang memiliki hak pemilikan atas barang-barang sebelum hak tersebut dapat dialihkan kepada pihak lain.
Dengan demikian kapitalisme sangat erat hubungannya dengan pengejaran kepentingan individu. Bagi Smith bila setiap individu diperbolehkan mengejar kepentingannya sendiri tanpa adanya campur tangan pihak pemerintah, maka ia seakan-akan dibimbing oleh tangan yang tak nampak (the imvisible hand) untuk mencapai yang terbaik pada masyarakat.
Kebebasan ekonomi tersebut juga diilhami oleh pendapat Legendre yang ditanya oleh Menteri Keuangan Perancis pada masa pemerintahan Louis XII/ pada akhir abab 17, yakni Jean bapiste Colbert. Bagaimana kiranya pemerintah dapat membantu dunia usaha, Legendre menjawab : “Laisse nouis faire” (jangan menggangu kita, (leave us alone), kata ini dikenal kemudian sebagai laissez faire. Dewasa ini prinsip laissez faire diartikan sebagai tiadanya intervensi ekonomi dan kebebasan ekonomi. Dengan kata lain dalam system kapitali berlaku  , “ Free Fight Liberalism” (system persaingan bebas). Siapa yang memiliki dan mampu menggunakan kekuatan modal (capital) secara efektif dan efesien akan dapat memenangkan pertarungan bisnis. Faham yang menggunakan kekuatan modal sebagai syarat memenangkan pertarungan ekonomi disebut Kapitalisme.
Keunggulan dan kemenangan kapitalisme memang sangat mengesankan. Lebih dari dua abad setelah terbitnya buku The Wealth of Nations karya mahaguru kapitalisme Adam Smith, sistem ekonomi kapitalistik berhasil mengalahkan semua pesaingnya dari ideologi lain. Pada akhir Perang Dunia II, hanya dua kawasan bumi yang tidak komunis, otoriter, merkantilistik atau sosialis, yakni Amerika Utara dan Swisa. Kini selain kita menyaksikan negara-negara komunis rontok satu demi satu, hampir tak ada satupun negara yang saat ini bebas dari Coca Cola, Mc Donalds, KFC dan Levis, lambang supremasi corporate capitalism yang menguasai sistem ekonomi abad 21.
Namun demikian, setelah kapitalisme memonopoli hampir seluruh sistem ekonomi, kini semakin banyak pengamat yang menggugat apakah sistem yang didasari persaingan pasar bebas ini mampu menjawab berbagai permasalahan nasional maupun global. Sejarah juga menunjukkan bahwa kapitalisme bukanlah piranti paripurna yang tanpa masalah. Selain gagasan itu sering menyesatkan, terdapat banyak agenda pembangunan yang tidak mengalir jernih dalam arus sungai kapitalisme. Masalah seperti perusakan lingkungan, meningkatnya kemiskinan, melebarnya kesenjangan sosial, meroketnya pengangguran, dan merebaknya pelanggaran HAM serta berbagai masalah degradasi moral lainnya ditengarai sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari beroperasinya sistem ekonomi kapitalistik.
Sinyalemen tersebut bukan tanpa bukti. Berdasarkan studinya di negara-negara berkembang, Haque dalam Restructuring Development Theories and Policies (1999) menunjukkan bahwa kapitalisme bukan saja telah gagal mengatasi krisis pembangunan, melainkan justru lebih memperburuk kondisi sosial-ekonomi di Dunia Ketiga. Menurutnya:
Compared to the socioeconomic situation under the statist governments during the 1960s and 1970s, under the pro-market regimes of the 1980s and 1990s, the condition of poverty has worsened in many African and Latin American countries in terms of an increase in the number of people in poverty, and a decline in economic-growth rate, per capita income, and living standards (Haque, 1999:xi).
Dalam kapitalisme, negara hanya berperan sebagai “penjaga malam” guna menjamin mekanisme pasar berjalan lancar dan campur tangan negara yang terlalu besar dianggap hanya akan mengganggu beroperasinya pasar. Karenanya, dalam situasi yang tanpa “tangan pengatur keadilan” seperti itu, kapitalisme mudah terpeleset kedalam arogansi ekonomi, homo homini lupus, dan hedonisme yang melihat manusia hanya sebatas “binatang ekonomi” (homo economicus) yang motivasi, kebutuhan dan kesenangannya hanya mengejar pemuasan fisik-materi. Patokan tindakannya akan bercorak utilitarianistik, asas “sebesar-besarnya manfaat dari sekecil-kecilnya pengorbanan”. Dalam praktiknya, “manfaat” di sini kerap merosot maknanya menjadi sekadar “konsumerisme-materialisme” dan “pengorbanan” sering terpeleset menjadi penindasan terselubung “si kuat terhadap si lemah”, “majikan terhadap buruh”, “penguasa terhadap yang terkuasai”. Produktivitas, efisiensi, dan pertumbuhan didewakan, sementara solidaritas, effektifitas, dan kesetaraan ditiadakan.
Menurut kaum utopiawan revolusioner, seperti Horkheimer, Marcuse, Adorno, dan Roszak, apabila skenario pembangunan seperti ini dibiarkan, maka wajah pembangunan akan diformat dan dikuasai oleh elit teknokrat dan elit konglomerat yang berkolaborasi mereduksi pembangunan yang tahap demi tahap diarahkan menuju teknokrasi totaliter dan “work-fare state” (bukan welfare state) yang mematikan kesejatian manusia, kebebasan, kebahagiaan, keselarasan, keharmonisan dan yang mengasingkan manusia dari semesta dan sesamanya (Suharto, 1997).
Itulah salah satu dasarnya mengapa di negara-negara kapitalis pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial tidak dipandang sebagai dua “sektor” yang berlainan dan berlawanan. Keduanya dijalankan secara serasi dan seimbang yang dibingkai oleh formulasi historis dan sosiologis yang bernama “negara kesejahteraan” (welfare state) (Suharto, 2001a; 2001b; 2001c; 2001d). Sebagaimana dinyatakan oleh pemikir sosialis Jerman Robert Heilbroner (1976), negara kesejahteraan merupakan sebuah ideologi, sistem dan sekaligus strategi yang jitu untuk mengatasi dampak negatif kapitalisme. Karena menurutnya, perlawanan terhadap kapitalisme di masa depan memang tidak dapat dan sudah seharusnya tidak diarahkan untuk membongkar total sistem ini, melainkan untuk mengubah sistem yang “unggul” ini agar lebih berwajah manusiawi (compassionate capitalism) dalam mengatasi akibat mekanisme pasar yang tidak sempurna.
Karena ketidaksempurnaan mekanisme pasar ini, peranan pemerintah banyak ditampilkan pada fungsinya sebagai agent of socioeconomic development. Artinya, pemerintah tidak hanya bertugas mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan juga memperluas distribusi ekonomi melalui pengalokasian public expenditure dalam APBN dan kebijakan publik yang mengikat. Selain dalam policy pengelolaan nation-state-nya pemerintah memberi penghargaan terhadap pelaku ekonomi yang produktif, ia juga menyediakan alokasi dana dan daya untuk menjamin pemerataan dan kompensasi bagi mereka yang tercecer dari persaingan pembangunan.
Dalam negara kesejahteraan, pemecahan masalah kesejahteraan sosial, seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan keterlantaran tidak dilakukan melalui proyek-proyek sosial parsial yang berjangka pendek. Melainkan diatasi secara terpadu oleh program-program jaminan sosial (social security), pelayanan sosial, rehabilitasi sosial, serta berbagai tunjangan pendidikan, kesehatan, hari tua, dan pengangguran.
Pengertian Sistem Ekonomi Liberal/Kapitalisme
Sistem ekonomi liberal/kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan sepenuhnya dalam segala bidang perekonomian kepada masing-masing individu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Filsafat atau ideologi yang menjadi landasan kepada sistem ekonomi liberal adalah bahwa setiap unit pelaku kegiatan ekonomi diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang akan memberikan keuntungan kepada dirinya, maka pada waktu yang sama masyarakat akan memperoleh keuntungan juga. Dengan demikian setiap orang akan bebas bersaing dengan orang lain dalam bidang ekonomi.
Adam Smith dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nation (1776) juga menunjukkan bahwa kebebasan berusaha didorong oleh kepentingan ekonomi pribadi merupakan pendorong kuat menuju kemakmuran bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pasar bebas ini dapat menciptakan efisiensi yang cukup tinggi dalam mengatur kegiatan perekonomian.
Mungkin kita akan bertanya, bagaimanakah peran pemerintah dalam sistem ekonomi liberal? Pemerintah sama sekali tidak campur tangan dan tidak pula berusaha memengaruhi kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat. Seluruh sumber daya yang tersedia dimiliki dan dikuasai oleh anggota-anggota masyarakat dan mereka mempunyai kebebasan penuh untuk menentukan bagaimana sumber-sumber daya tersebut akan digunakan.
Gambaran secara menyeluruh mengenai sistem ekonomi liberal, dapat diperhatikan ciri-ciri sistem ekonomi liberal berikut ini.
1) Setiap orang bebas memiliki alat-alat produksi.
2) Adanya kebebasan berusaha dan kebebasan bersaing.
3) Campur tangan pemerintah dibatasi.
4) Para produsen bebas menentukan apa dan berapa yang akan diproduksikan.
5) Harga-harga dibentuk di pasar bebas.
6) Produksi dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan laba serta semua kegiatan ekonomi didorong oleh prinsip laba.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, sistem ekonomi liberal memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan sistem ekonomi liberal
1) Setiap individu diberi kebebasan memiliki kekayaan dan sumber daya produksi.
2) Individu bebas memilih lapangan pekerjaan dan bidang usaha sendiri.
3) Adanya persaingan menyebabkan kreativitas dari setiap individu dapat berkembang.
4) Produksi barang dan jasa didasarkan pada kebutuhan masyarakat.
Kekurangan sistem ekonomi liberal
1) Muncul kesenjangan yang besar antara yang kaya dan miskin.
2) Mengakibatkan munculnya monopoli dalam masyarakat.
3) Kebebasan mudah disalahgunakan oleh yang kuat untuk memeras pihak yang lemah.
4) Sulit terjadi pemerataan pendapatan.










Sistem Perekonomian Komunisme
Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah sebagai pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan memiliki kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah. Semua unit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan sistem komunis tersebut belum pernah sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak negara yang meninggalkan sistem komunisme tersebut.

Secara Umum Pengertian Komunisme
Komunisme muncul sebagai aliran ekonomi, ibarat anak haram yang tidak disukai oleh kaum kapitalis. Aliran ekstrim yang muncul dengan tujuan yang sama dengan sosialisme, sering lebih bersifat gerakan ideologis dan mencoba hendak mendobrak sistem kapitalisme dan system lainnya yang telah mapan.
Kampiun Komunis adalah Karl Marx. Sosok amat membenci Kapitalisme ini merupakan korban saksi sejarah, betapa ia melihat para anak-abak dan wanita-wanita termasuk keluarganya yang dieksploitir para kapitalis sehingga sebagian besar dari mereka terserang penyakit TBC dan tewas, karena beratnya penderitaan yang mereka alami. Sementara hasil jerih payah mereka dinikmati oleh para pemilik sumber daya (modal) yang disebutnya kaum Borjuis.
Kata Komunisme secara historis sering digunakan untuk menggambarkan sistem-sistem sosial di mana barang-barang dimiliki secara bersama-sama dan distribusikan untuk kepentingan bersama sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota masyarakat. Produksi dan konsumsi berdasarkan motto mereka : from each according to his abilities to each according to his needs. (dari setiap orang sesuai dengan kemampuan, untuk setiap orang sesuai dengan kebutuhan).
Walaupun tujuan sosialisme dan komunisme sama, dalam mencapai tujuan tersebut sangat berbeda. Komunisme adalah bentuk paling ektrim dari sosialisme.Bentuk sistem perekonomian didasarkan atas system, dimana segala sesuatu serba dikomando.
Begitu juga karena dalam sistem komunisme Negara merupakan penguasa mutlak, perekonomian komunis sering juga disebut sebagai “sistem ekonomi totaliter”, menunjuk pada suatu kondisi sosial dimana pemerintah main paksa dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya, meskipun dipercayakan pada asosiasi-asosiasi dalam system social kemasyarakatan yang ada. Sistem ekonomi totaliter dalam praktiknya berubah menjadi otoriter, dimana sumber-sumber ekonomi dikuasai oleh segelintir elite yang disebut sebagai polit biro yang terdiri dari elite-elite partai komunis.

Sistem ekonomi sosialis/komunis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Semua sumber daya ekonomi dimiliki dan dikuasai oleh negara.
2)      Seluruh kegiatan ekonomi harus diusahakan bersama. Semua perusahaan milik negara sehingga tidak ada perusahaan swasta.
3)      Segala keputusan mengenai jumlah dan jenis barang ditentukan oleh pemerintah.
4)      Harga-harga dan penyaluran barang dikendalikan oleh negara.
5)      Semua warga masyarakat adalah karyawan bagi negara.
Seperti halnya sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis/komunis juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan sistem ekonomi sosialis/komunis
1)      Semua kegiatan dan masalah ekonomi dikendalikan pemerintah sehingga pemerintah mudah melakukan pengawasan terhadap jalannya perekonomian.
2)      Tidak ada kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin, karena distribusi pemerintah dapat dilakukan dengan merata.
3)      Pemerintah bisa lebih mudah melakukan pengaturan terhadap barang dan jasa yang akan diproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4)      Pemerintah lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga.
Kekurangan sistem ekonomi sosialis/komunis.
1)      Mematikan kreativitas dan inovasi setiap individu.
2)      Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya.
3)      Kurang adanya variasi dalam memproduksi barang, karena hanya terbatas pada ketentuan pemerintah.

Komunisme Menurut Marx :
Bahwasanya menurut Marx ciri_ciri inti dari masyarakat komunis tersebut adalah :
- Penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi
- Penghapusan adanya kelas-kelas sosial
- Penghapusan pembagian kerja
Menurut Marx komunisme menitik beratkan pada :
Pertama, Sekelumit kecil orang kaya hidup dalam kemewahan yang berlimpah, sedangkan kaum pekerja yang teramat banyak jumlahnya hidup bergelimang papa sengsara.
Kedua, cara untuk merombak ketidakadilan ini dengan jalan melaksanakan sisitem sosialis yaitu system dimana alat produksi dikuasai Negara dan bukannya oleh pribadi swasta.
Ketiga, pada umumnya salah satunya jalan paling praktis untuk melaksanakan sistem sosialis ini adalah lewat revolusi kekerasan.
Keempat, untuk menjaga kelanggengan sisitem sosialis harus diatur oleh kediktatoran partai Komunis dalam jangka waktu yang memadai.
Tiga dari ide pertama sudah dicetuskan dengan jelas sebelum Marx, sedangkan ide keempat berasal dari gagasan Marx mengenai “diktatur proletariat”. Sementara itu, masa kediktatoran Soviet sekarang lebih merupakan hasil dari langkah-langkah Lenin dan Stalin dari pada gagasan Marx.
Hal ini tampaknya menimbulkan anggapan bahwa pengaruh Marx dalam komunisme lebih kecil dari kenyataan sebenarnya, dan penghargaan orang terhadap tulisan-tulisannya lebih menyerupai sekedar etalasi untuk membenarkan sifat “keilmihan” dari pada ide dan politik yang sudah terlaksana dan diterima.
Sementara boleh jadi ada benarnya juga anggapan itu, namun tampaknya kelewat berlebihan. Lenin misalnya, tidak sekedar menggap dirinya mengikuti ajaran-ajaran Marx, tapi dia betul-betul membacanya, menghayatinya, dan menerimanya. Dia yakin betul yang dilimpahkannya persis diatas rel yang dibentangkan Marx. Begitu juga terjadi pada diri Mao Tse Tung dan pemuka-pemuka Komunis lain.
Memang benar, ide-ide Marx mungkin sudah disalah artikan dan ditafsirkan lain.
Mungkin bisa diperdebatkan bahwa Lenin, politikus praktis yang sesungguhnya mendirikan Negara Komunis, memegang saham besar dalam hal membangun Komunisme sebagai suatu ideologi yang begitu besar pengaruhnya di dunia.
Pendapat ini masuk akal Lenin benar-benar seorang tokoh penting. Tapi tulisan-tulisan Marx begitu hebat pengaruhnya terhadap jalan pikiran bukan saja Lenin tapi juga pemuka-pemuka Komunis lain. Akhirnya sering dituding orang bahwa teori Marxis di bidang ekonomi sangatlah buruk dan banyak keliru. Terlepas benar atau tidak, kita perlu meng-amininya tentu saja, tak bisa juga dipungkiri banyak hipotesa “proyeksi kedepan” tertentu Marx terbukti atau tidaknya, misalkan saja, bahwasanya Marx meramalkan bahwa dalam negeri-negeri kapitalis kaum buruh akan semakin melarat dalam perjalanan sang waktu. Marx juga memperhitungkan bahwa kaum menengah akan disapu dan sebagian besar orang-orangnya akan masuk kedalam golongan proletariat dan hanya sedikit yang bisa bangkit dan masuk kedalam kelas kapitalis. Tapi terlepas apakah teori ekonominya benar atau salah, semua itu tidak ada sangkut pautnya dengan pengaruh Marx. Bahwasanya arti penting seorang filosof terletak bukan pada kebenaran pendapatnya tapi terletak pada masalah apakah buah pikirannya telah menggerakkan orang bertindak atau tidak. Diukur dari sudut ini, tak perlu diragukan lagi Karl Marx punya arti penting yang luar biasa hebatnya.









Daftar Pustaka
www.google.com
Dominelly, L. dan A. Hoogvelts (1996), “Globalisation and The Technocratisation of Social Work”, Critical Social Policy, 47,16(2), hal.45-62.
Heilbroner, Robert L. (1976), Business Civilization in Decline, New York: WW Norton & Company.
Marshall, T. H. (1981), The Right To Welfare, London: Heinemann.
Mayo, M, (1998), “Community Work”, dalam Adams, Dominelli dan Payne (eds), Social Work: Themes, Issues and Critical Debates, London: McMillan. Mishra, Ramesh (1999), Globalizationa and The Welfare State, Cheltenham: Edward Elgar.

Thursday, November 11, 2010

Renungan Ibu

Posted by Dovi Eka Wiranata |


Suatu

ketika… Seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang
diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan,
"Pada malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke
dunia. Tetapi bagaimana cara saya hidup di sana? saya begitu kecil
dan lemah." kata si bayi.
Tuhan menjawab,
"Aku
telah memilih satu melaikat untukmu, ia akan menjaga dan
mengasihimu.”
"Tapi di surga, apa
yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa,
ini cukup bagi saya untuk
bahagia." kata si bayi.
Tuhanpun menjawab,
"Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan akan merasakan
kehangatan cintanya dan jadi lebih bahagia."
Si bayipun betanya
kembali,
"Dan apa yang saya lakukan saat saya ingin berbicara dengan - Mu?"
Sekali lagi Tuan
menjawab,
"Malaikatmu akan
mengajarkan bagaimana kamu berdoa."
Si bayipun masih belum puas, ia bertanya lagi,
"Saya mendengar di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi
saya?"
Dengan penuh kesabaran Tuhan pun menjawab,
"Malaikatmu akan melindungimu dengan taruhan jiwanya sekalipun."
Si bayipun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya,
"Tapi saya akan
bersedih karena tidak melihat Engkau lagi."
Dan Tuhanpun menjawab,
"Malaikatmu akan menceritakanmu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar
kamu bisa kembali kepada-Ku. Walaupun sesungguhnya Aku selalu berada
disimu."
Saat itu surga begitu tanangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar
dan sang anak dengan suara lirih bertanya, "Tuhan…jika saya
harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahu siapa nama malaikat
dirumahku nanti?"
Tuhanpun menjawab…
"Kamu dapat
memanggil malaikatmu… IBU…"
Kenanglah
Ibu yang menyayangimu. Untuk Ibu yang selalu meneteskan air mata
ketika kau pergi… Ingatlah engkau ketika, ibumu rela tidur tanpa
selimut demi milihatmu tidur nyeyak dengan dua selimut membalut
tubuhmu.
Ingatlah ketika jemari
ibu mengusap lembut kepalamu ?
.dan ingatlah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia
melihatmu terbaring sakit?
Sesekali jenguklah ibumu
yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah
tempat kau dilahirkan.
Kembalilah memohon maaf
pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu.
Jangan biarkan engkau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa
datang. Ketika ibu telah tiada…
Tak ada lagi yang berdiri
di depan pintu menyambut kita,
Tak ada lagi senyman
indah… tanda bahagia.
Yang ada hanyalah kamar
yang kosong tiada penghuninya.
Yang ada hanya baju  yang digantung di lemari kamarnya.
Tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata yang
mendo’akanmu disetiap hembusan nafasnya.
Kembalilah segera…
peluklah ibu yang selalu menyayangimu…
Ciumlah kaku ibu yang
selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik diakhir hayatnya
Kenanglah semua cinta dan
kasih sayangnya…

Cerita Mistis Hotel Ambacang Padang

Posted by Dovi Eka Wiranata |


PADANG - Siapa yang tak kenal Hotel Ambacang? ‘Hotel pencabut nyawa’ yang menelan banyak korban pada saat gempa 30 September 2009.


Di balik reruntuhan bangunan ini ternyata menyisakan cerita yang mengerikan hingga sekarang. Meski puing bangunan reruntuhan itu sudah dibersihkan dan bahkan sudah mulai pembangunan baru, tapi bagi warga Padang kawasan ini masih mengerikan. Terutama di atas pukul 20.00 WIB.

Banyak warga terutama para sopir dan ojek yang tertipu, bahkan ada yang mendengar suara jeritan serta mobil yang bergoyang tanpa sebab. Yang lebih mengerikan, ada pihak yang melihat mayat sedang berjalan kaki dengan kondisi tubuh yang tidak utuh. Warga setempat berpendapat jika itu roh para korban gempa yang bergentayangan. Rumor ini pun menyebar dari mulut ke mulut.

Bekas Hotel Ambacang terletak di lokasi strategis di jantung Kota Padang, tepatnya di simpang tiga, Jalan Bundo Kanduang, Pasar Ambacang dan Jalan Gereja. Jalur itu merupakan jalur sibuk di Kota Padang, karena beberapa angkutan kota melewati jalur tersebut dan kendaraan pribadi. Kawasan itu juga kerap dijadikan tempat nongkrong bagi kawula muda.

Keangkeran lokasi tersebut akan terasa jika melewati pada malam hari. Meski berada di pusat kota, namun kawasan itu sepi dari keramaian. Bahkan, para tukang ojek yang biasa mangkal di persimpangan jalan itu, kini beralih ke Pasar Raya Padang di Keluaraha Parak Rumbio, Kecamatan Padang Selatan.

“Dulu saya mencari penumpang di depan Hotel Ambacang tapi sekarang, tidak berani saya di sana sepi dan angker, sejak terjadi gempa dulu. Di sini kan banyak yang mati,” ujar Iswanto (35) tukang ojek yang mangkal di Bundaran Air Mancur Pasar Raya Padang, saat berbincang dengan okezone belum lama ini.

Pascapembersihan puing bangunan itu sampai sekarang, kata Iswanto, banyak kejadian aneh-aneh. Kawannya sesama tukang ojek, Fendi, pernah mengalami hal-hal yang aneh, dia melihat orang yang berlumuran darah di depan bekas hotel tersebut sambil minta tolong. Kejadian terjadi pada Februari lalu, saat itu daerah gerimis dan remang-remang. “Kini Fendi tidak berani melewati jalan itu meski siang hari. Kini entah di mana dia sekarang, saya coba hubungi dia sudah mengojek di luar Padang,” kata Iswanto. Cerita itu diamini oleh teman seprofesi Iswanto lainnya.

Tak hanya itu, terdapat cerita mistis lainnya yang merebak di kalangan tukang ojek di kawasan itu dan menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Iswanto menceritakan, ada perempuan yang menumpang naik ojek kemudian berhenti di depan hotel tersebut. “Kata orang, saat itu tukang ojek bertanya pada perempuan itu, ‘Mau kemana?’ Lalu, perempuan itu menjawab, ‘Uda tangan awak tatingga di siko’ (bang, tangan saya tertinggal di sini). Ngeri berdiri bulu kudukku mendengar cerita itu,” ujar Iswanto.

Tak hanya tukang ojek yang mengalami kejadian aneh, para sopir angkot yang melintas di kawasan itu kerap terkecoh. Dikira ada manusia yang naik di depan bekas Hotel Ambacang. Ternyata setelah naik penumpang tersebut hilang di tengah jalan.

Nita (30), seorang pedagang asongan yang nongkrong di depan bekas Hotel Ambacang tersebut mengiyakan cerita itu. Meski dia berjualan di depan bekas hotel itu, namun kalau sudah sore dia tidak berani lagi berjualan dan lebih memilih pulang.

“Banyak kejadian aneh di sini. Ada yang menjerit minta tolong, ada juga yang mencari bagian tubuhnya. Saya pernah lihat ada tiga mobil yang bergoyang sendiri, setelah diperiksa mobil itu berhenti bergoyang,” katanya.

Saat okezone menelusuri jalan tersebut pada malam hari, kawasan itu sudah tidak ramai lagi dilintasi kendaraan dan hanya dijaga dua sampai tiga orang personel dari Polisi Militer. Hotel Ambacang yang diapit tiga gedung, yaitu Bank BNI, Hotel Pangeran Cita, dan Bumi Minang, kini jika dilewati pada malam hari, bulu kuduk terasa merinding.
(http://news.okezone.com/)

Mengertilah, Aku Menyerah

Posted by Dovi Eka Wiranata |

Mengertilah,

tak sedetik pun waktu berpihak
ketika tembok-tembok harapan
perlahan hancur di reruntuhan hati
Sendiri terhenyak seakan membisu
tenggelam aku di telaga air mata
Di belahan kota ini aku terhempas
menunggumu tak menentu aku tersesat
Sampai kapankah aku berdiam
disebalik janji kau berharap aku kuat
Namun kini, mulai hilang
perlahan menjadi bisikan samar-samar
dalam debu
Mengertilah,
Tak cuma hatiku yang tertikam sembilu
jiwa ku perlahan mati karena racun
yang melemahkan ku
dan duri-duri kau tancapkan sesuka hatimu
Lalu dengan apakah aku bertahan ?
Huh...
kau tak pernah mengerti aku
mendiamkan ku dengan kesalahan yang juga ada pada Mu
begitu lelah hari mengharap
sedangkan hati ku semakin merapuh
ingin jiwa kusandarkan
dan hati kurebahkan
hingga diujung cinta ini aku menyerah

Wednesday, November 10, 2010

Misteri Orang Pendek di Gunung Kerinci

Posted by Dovi Eka Wiranata |

Orang pendek ( Cryptozoology ) adalah nama yang diberikan kepada seekor binatang (manusia?) yang sudah dilihat banyak orang selama ratusan tahun yang kerap muncul di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Walaupun tak sedikit orang yang pernah melihatnya, keberadaan orang pendek hingga sekarang masih merupakan teka-teki. Tidak ada seorangpun yang tahu, sebenarnya makhluk jenis apakah yang sering disebut sebagai orang pendek itu. Tidak pernah ada laporan yang mengabarkan bahwa seseorang pernah menangkap atau bahkan menemukan jasad makhluk ini, namun hal itu berbanding terbalik dengan banyaknya laporan dari beberapa orang yang mengatakan pernah melihat makhluk tersebut.

Sekedar informasi, Orang pendek ini masuk kedalam salah satu studi Cryptozoolgy, begitulah yang didapatkan dari beberapa sumber. Ekspediasi pencarian Orang Pendek sudah beberapa kali di lakukan di Kawasan Kerinci, Salah satunya adalah ekspedisi yang didanai oleh National Geographic Society.
National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di Sumatera, beberapa peneliti telah mereka kirimkan kesana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.
Sejauh ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki) tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm) dan memiliki banyak bulu diseluruh badan. Bahkan tak sedkit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak. Keberadaan Orang Pendek sudah terlalu lama terdengar sejak berabad-abad lalu, sehingga hal itu menjadikannya sebagai salah satu legenda masyarakat disana.
Dari ekspedisi yang beberapa kali di lakukan, umumnya ada suatu studi kasus mengenai klasifikasi pembagian saksi mata. Pertama saksi dari suku anak dalam, yaitu sekelompok orang yang tinggal disekitar areal Taman Nasional. Kemudian ada beberapa kelompok saksi mata dari orang desa lokal, kemudian beberapa kesaksian dari warga pendatang (Belanda) pada awal abad ke-20.
Legenda Mengenai Orang Pendek sudah secara turun temurun dikisahkan di dalam kebudayaan masyarakat Suku anak dalam. Mungkin bisa dibilang, Suku anak dalam sudah terlalu lama berbagi tempat dengan para Orang Pendek di kawasan tersebut.
Walaupun demikian, jalinan sosial diantara mereka tidak pernah ada. Sejak dahulu suku anak dalam bahkan tidak pernah menjalin kontak langsung dengan makhluk-makhluk ini, mereka memang sering terlihat, namun tak pernah sekalipun warga dari suku anak dalam dapat mendekatinya. Ada suatu kisah mengenai keputusasaan para suku anak dalam yang mencoba mencari tahu identitas dari makhluk-makhluk ini, mereka hendak menangkapnya namun selalu gagal. Pencarian lokasi dimana mereka membangun komunitas mereka di kawasan Taman Nasioanal juga pernah dilakukan, namun juga tidak pernah ditemukan.
Awal tahun 1900-an, dimana saat itu Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para WNA. Namun yang paling terkenal adalah Kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Mr. Van Heerwarden adalah seorang zoologiest, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pada suatu catatan kisahnya, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu. Mr. Heerwarden sadar mereka bukan sejenis siamang maupun primata lainnya. Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar. Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak. Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak membuahkan hasil.
Sumber-sumber dari para saksi memang sangat dibutuhkan bagi para peneliti yang didanai oleh National Gographic Society untuk mencari tahu keberadaan Orang Pendek. Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek. Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, sejauh ini hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan. Lain dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan dibiayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional. Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang disana. Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi di mana mereka sering dikabarkan muncul. Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat dimana disana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas mereka. Rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggap di diri mereka ketika hasil ekspedisi selama ini belum mendapat hasil yang memuaskan.
Hubungan Kekerabatan Yang Hilang
Beberapa pakar Cryptozoology mengatakan bahwa Orang Pendek mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus?
Banyak Paleontologiest mengatakan bahwa jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang. Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa waktu yang lalu. Fosil manusia-manusia kerdil “Hobbit” berjalan tegak inilah yang kemudian disebut sebagai Homo Floresiensis. Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana serta telah mampu menciptakan api. Homo Floresiensis diperkirakan hidup diantara 35000 – 18000 tahun yang lalu.
Apakah Orang Pendek benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup? Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya.
Peneliti mengetahui bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang. Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid.
Rimbo Bujang ( Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung)

Our Partners

Website Hit Counter
Free Hit Counter A4GUY826KBGS